Selasa, 10 Juli 2012

Linguistik: Fonologi

Berhubung setelah UAS gue gag ada kerjaan, mending posting ilmu-ilmu yang pernah gue dapet selama semester 2 kuliah Jurusan Sastra Indonesia di UGM buat kalian semua... (Heaahh bangga ^_^)
1.        Peran Utama Ejaan Bagi Pemakai Bahasa
Sabagai alat untuk berkomunikasi, bahasa harus mampu menampung perasaan dan pikiran pemakainya, serta mampu menimbulkan adanya saling mengerti antar penutur dengan pendengar atau antara penulis dengan pembacanya. Merupakan serangkain bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar, berarti hanya manusia yang dalam keadaan sadarlah yang dapat menghasilkan bunyi yang disebut bahasa (Santoso,  1990:1)
Ejaan ialah pelambangan fonem dengan huruf, aturan tentang bagaimana satuan-satuan morfologi dituliskan, dan atau aturan tentang bagaimana menuliskan kalimat dan bagian-bagiannya dengan pemakaian tanda-tanda baca.
Soal ejaan  bukanlah soal yang sukar. Sekali kita menguasai cara menuliskan katau atau kalimat dengan baik, seterusnya kita tidak akan membuat kesalahan-kesalahan. Oleh sebab itu, kita dituntut untuk memberikan perhatian terhadap cara penulisan yang benar, apalagi bila pekerjaan kita dalam bidang tulis-menulis. Tanpa mempelajarinya dengan sengaja, kita tidak akan pernah menguasainya dengan baik  (Badudu, 1986:99).

2.        Peranan Fonologi Pada Penyusunan Ejaan
Ortografi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari ejaan. Oleh karena itu, subdisiplin ini juga dapat disebut ilmu ejaan atau grafonomi. Harap tidak disamakan dengan grafologi. Grafologi adalah ilmu yang mempelajari ilmu dan tulisan dalam kaitannya dengan nasib dan peruntungan seseorang. Jadi merupakan bidang interdisipliner antar linguistik dan ilmu klenik (Soeparno, 2002:111).
Di dalam ortografi atau grafonomi dipelajari bagaimana mewujudkan bentuk bunyi ke dalam bentuk huruf dan sekaligus bagaimana kaidah menyusun huruf-huruf itu menjadi konstruksi yang lebih besar, yakni tulisan (Soeparno, 2002:111)
Dalam Fonologi ada dua ruang lingkup yang dibahas fonetik dan fonemik. Hasil penyelidikan terhadap ilmu fonem dapat dipakai sebagai dasar suatu pembentukan suatu sistem tulisan atau ejaan bahasa (Samsuri, 1969:101).
Ejaan yang baik ialah yang mempunyai dasar: satu fonem satu tanda (grafem). Ejaan yan sempurna seperti ini bisa juga disebut ejaan fonemis. Tetapi ejaan fonemis itu tidak pernah dapat diperoleh, karena penyusunan suatu ejaan tidak saja didasarkan kepada hal-hal ilmiah, melainkan juga kepada kepraktisan dan tradisi ejaan di dalam masyarakat itu. Dasar Ilmiah diberikan oleh hasil penyelidikan ilmu fonem, sedangkan dasar praktis disesuaikan dengan keadaan masyarakat bahasa itu. Hal yang kedua ini merangkum fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh keadaan masyarakat bahasa itu, misalnya keadaan percetakan dan mesin tulis yang dipakai di dalam masyarakat itu, apa yang dilakukan di sekolah-sekolah dalam hal pengajaran bahasa, perpustakaan yang telah ada (Samsuri, 1969:102)
Contoh hubungan ilmu fonem dan penyusunan ejaan ialah peranan apa yang bisa disebut “beban fungsi”. Ambillah contoh bahwa di dalam bahasa Indonesia ada dua macam vokal yang bisa ditandai dengan grafem <e>, pertama fonem /e/ di dalam kata nenek, dan fonem /ә/ di dalam kata sedang, tenang, dan lain-lain (Samsuri, 1969:104)
Menurut beban fungsinya, fonem /ә/ jatuh lebih tinggi dari /e/, yaitu apabila pemakaian fonem-fonem dibilang di dalam suatu percakapan, maka dapat dilihat, bahwa fonem /ә/ jauh banyak terdapat daripada fonem /e/. tinggi-rendah beban fungsi ini dipakai untuk menentukan penandaan yang mana yang lebih praktis bagi fonem yang lebih tinggi frekuensinya atau beban fungsinya. Karena ternyata fonem /ә/ yang lebih tinggi, maka grafem <e> dipakai untuk menandai fonem itu; sedangkan grafem itu dengan tambahan diakritik, umpamanya <è> dipakai untuk menandai fonem /e/. Di dalam bahasa Indonesia dialek Jawa mungkin terdapat sebagai tambahan fonem /e/ yang terdapat pada kata-kata ekonomi, sate, merdeka (vokal dalam suku yang tengah) dan lain-lain; dan untuk fonem ini diberi tanda grafem <è> (Samsuri 1969:104)

3.        Dasar – Dasar Penyusunan Ejaan
Soeparno (2002:111) mengungkapkan, pada prinsipnya ada tiga macam sistem ortografis, yaitu ejaan fonologis, ejaan silabis, dan ejaan morfemis.
Dalam hal ini yang dibahas hanya mengenai ejaan fonologis saja. Ejaan fonologis dibagi menjadi dua yaitu, ejaan fonetis, dan ejaan fonemis.
1.        Ejaan Fonetis
Ejaan fonetis berusaha melambangkan setiap bunyi yang berbeda, baik bunyi itu membedakan arti maupun tidak. Bahasa yang menggunakan sistem ejaan fonetis ini adalah bahasa Melayu Malaysia atau disingkat bahasa Malaysia. Pada penulisa kata agung  di dalam bahasa kita, dalam bahasa Malaysia ditulis agong. Penalaran fonetisnya ialah huruf o di situ memang untuk melambangkan bunyi yang lebih dekat ke [o] daripada ke [u]. Akan tetapi pada penulisan kata keagungan kembali menggunakan huruf u sebab memang pengucapannya benar-benar [u] murni. Sebenarnya di dalam kasus itu kedua bunyi tersebut tergolong dalam satu morfem, namun karena yang dipakai dasar penulisan bunyi-bunyinya (bukan fonemnya), maka keduanya terpaksa dibedakan.
2.        Ejaan Fonemis
Ejaan fonemis lebih sederhana daripada fonetis, sebab hanya bunyi-bunyi berstatus fonem saja yang diperhitungkan dalam penentuan huruf yang dipergunakan. Penulisan kata agung dan keagungan, kurung, dan kurungan, sarung, dan sarungan, menggunakan hruf u sebagai perwujudan fonem /u/ baik pada suku terbuka maupun suku tertutup. Apabila dipandang dari segi pengucapannya memang keduanya berbeda, akan tetapi karena keduanya tergolong satu fonem, maka sesuai dengan sistem fonemis keduanya ditulis untuk penulisan kata pilih dan pilihan, kering, dan kekeringan, hampir, dan menghampiri.
Berikut ini kita perbandingkan ejaan fonetis dan ejaan fonemis dengan beberapa contoh yang biasa dijumpai.
EJAAN FONETIS
EJAAN FONEMIS
a.    Jaelani Sidek
b.    Yang Dipertuan Agung
c.    sarong Kelantan
Jaelani Sidik
Yan Dipertuan Agung
sarung Kelantan

Ejaan fonologis pada prinsipnya memang ingin menunjukkan setiap bunyi/fonem ke dalam satu huruf. Satu bunyi satu fonem, itulah yang dikehendaki oleh sistem ejaan fonologis ini. Namun demikian apa boleh buat, karen jumlah huruf yang tersedia tidak seimbang dengan jumlah bunyi bahasa yang ada, maka terpaksa ada hal-hal yan tidak sesuai dengan prinsip ejaan fonologis.
Berdasarkan kenyataan di atas, berikut ini daftar adanya aneka kemungkinan penuangan bunyi ke dalam huruf menurut sistem ejaan fonologis (pengertian bunyi di sini mencakup baik fonem maupun fona).
Tabel konversi bunyi-bunyi huruf:
JENIS
BUNYI/FONEM
HURUF
I
1
1
II
1
0
III
0
1
IV
1
2
V
2
1
VI
1
x, y, z
VII
x, y, z
1

Contoh:
Jenis I           :  satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf.
                 /kita/ --- kita
                 /jitu/ --- jitu
                 /tinju/ --- tinju
Jenis II          :  ada bunyi yan tidak dilambangkan dengan huruf.
                 /pәrkata’an/ --- perkataan
                 /ta’at/          --- taat
                 /do’a/          --- doa
Jenis III        :  tidak ada bunyinya tetapi ada hurufnya.
                 /tai/      --- tahi
                 /taun/   --- tahun
                 /tau/     --- tahu
Jenis IV        :  satu bunyi/fonem dilambangkan dengan dua huruf. Hal ini biasa diesbut digraf.
                 /buňi/   --- bunyi
                 /buƞa/   --- bunga
                 /axir/    --- akhir
                 /açik/    --- asyik
Jenis V          :  dua bunyi dilambangkan dengan satu huruf.
                 Bahasa Inggris: /ai/      --- I am
                                                     /mai/    --- my book
                                                     /waif/   --- wife
Jenis VI        :  satu macam bunyi dilambangkan dengan satu macam huruf (berbagai macam huruf)
                        Bahasa Inggris: /ә/ --- the book
                                                             /ә/ --- a book
Jeni VII        :  aneka macam bunyi dilambangkan dengan satu macam huruf.
                        /ә/ pada /tәlah/  --- telah
                        /e/ pada /oleh/   --- oleh
                        /ɛ/ pada /nɛnɛ’/ --- nenek.

4.        Simpulan
Sabagai alat untuk berkomunikasi, bahasa harus mampu menampung perasaan dan pikiran pemakainya, serta mampu menimbulkan adanya saling mengerti antar penutur dengan pendengar atau antara penulis dengan pembacanya.
Dalam Fonologi ada dua ruang lingkup yang dibahas fonetik dan fonemik. Hasil penyelidikan terhadap ilmu fonem dapat dipakai sebagai dasar suatu pembentukan suatu sistem tulisan atau ejaan bahasa
Adapun dasar – dasar penyusunan ejaan dalam fonologi dibagi menjadi 2 yaitu ejaan fonetis dan ejaan fonemis.

2 komentar:

Jangan lupa koment yah :D