Rabu, 11 Juli 2012

Teori Prosa

TUGAS UJIAN AKHIR SEMSETER GENAP
ANALISIS TOKOH DAN WATAK (KARAKTER)
CERITA PENDEK ‘IA MASIH KECIL’
Karya: W.S Rendra
Oleh: Ilfat Isro’i Nirwani
NIM: 11/318600/SA/16120
Jurusan: Sastra Indonesia

1.    Latar Belakang
Kata fiksi dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari kata Inggris fiction. Sementara itu, kata fiction dalam bahasa Inggris merupakan serapan dari bahasa Latin fictio. Kata fictio itu sendiri berasal dari kata kerja fingere, fictum, yang dalam bahasa Inggris diartikan dengan to fashion, to form, dan kadang-kadang feign (Shipley, 1970:119; Pujiharto, 2010:4).

Adapun dalam A Glossary of Literary Terms (Abrams, 1999:94; Pujiharto, 2010:5) kata fiction memiliki pengertian yang inklusif dan terbatas. Dalam pengertian yang inklusif fiction berarti sastra naratif, baik dalam bentyk prosa maupun sajak, yang ditemukan mewakili keberadaan cerita tentang peristiwa-peristiwa yan sesungguhnya terjadi. Dalam pengertian terbatas hanya menunjuk pada narasi yang ditulis dalam bentuk prosa (novel atau cerita pendek), dan kadang-kadang digunakan sebagai sinonim untuk novel.
Karya fiksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah, (1) Sas cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan.
Dalam karya fiksi terdapat fakta-fakta cerita dan sarana-sarana cerita. Fakta-fakta cerita meliputi, alur, tokoh, dan latar. Adapaun, sarana-sarana cerita meliputi, judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme, ironi, konfliks dan klimaks, serta sarana-sarana lain.
Dalam fakta-fakta cerita terdapat dua konsep yang sangat penting yang mendasari adanya fakta-fakta cerita. Pertama, cerita. Cerita merupakan keseluruhan atau totalitas karya fiksi. Kedua, plausibilitas atau bisa dikatakan fakta-fakta yang terdapat dalam cerita itu harus masuk akal dan signifikan. Kenney (1966:20; Pujiharto, 2010:30) mengatakan bahwa cerita itu masuk akal apabila mengimplikasikan kebenaran pada dirinya sendiri, meyakinkan pada syarat-syaratnya sendiri. yang dimaksudkannya adalah semua karakter dan semesta certia tersebut dapat diimajinasikan; kedua, semua tokoh dan berbagai sifatnya mungkin ada. Kedua hal tersebut diuji sejauh mana keduanya menunjukkan konsistensi.
Dalam hal ini akan diuraikan analisis mengenai salah satu fakta-fakta cerita yaiti tokoh dan watak (karakter) dalam cerpen berjudul “Ia Masih Kecil” karya W.S Rendra. Penulis tertarik menganalisis karya tersebut karena karya tersebut merupakan karya jenis karya fiksi yang jarang dihasilkan oleh seniman seperti W.S. Rendra yang lebih banyak diketahui karya-karyannya dalam seni teater, puisi dan menulis naskah-naskah drama. Dalam karya ini Rendra mengangkat tema anak, menyampaikan maksudnya kepada pembaca melalui penggambaran sifat anak-anak. Tema yang sama pula diangkatnya dalam menulis teks drama musical kanak-kanak yang berjudul “Tuyul Anakku”. Sebelum memulai menganalisis tokoh dalam karya tersebut dipaparkan terlebih dahulu mengenai apa itu tokoh, watak atau karakter.

2.    Landasan Teori
Istilah ‘tokoh’ biasa dipergunakan untuk menunjuk pada pelaku cerita. Tokoh merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita. Namun, kata character yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi kata ‘tokoh’ dengan pengertian seperti terurai di atas, juga memiliki arti ‘watak, karakter, sifat’ (Pujiharto, 2007:42). Dalam pengartian yang lebih luas diartikan kata character dengan ‘sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh (Stanton, 1965:17; Pujiharto, 2010:43). Oleh karena itu
Peristiwa dalam karya fiksi selalu dipengaruhi oleh tokoh-tokoh yang diceritakan mengalami kejadian keseharian. Tokoh-tokoh yang diangkat sebagai pelaku jalannya cerita mengalirkan arus dan membawa cerita ke dalam awal, klimaks hingga akhir. Kesatuan cerita yang dibawa oleh tokoh dan memiliki kaitan yang sangat erat dengan tokoh. Dikatakan Aminuddin (1987:79) bahwa pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut dengan penokohan.

Terma ‘karakter’ biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita. Kedua, karakter merujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut. Dalam sebagian besar cerita dapat ditemukan satu ‘karakter utama’ yaitu karakter yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Biasanya peristiwa-peristiwa ini menimbulkan perubahan pada diri sang karakter atau pada sikap kita terhadap karakter tersebut (Stanton, 2007:33). Alasan seorang karakter untuk bertindak sebagaimana yang ia lakukan dinamakan ‘motivasi’. ‘Motivsi spesifik’ seorang karakter adalah alasan atas reaksi spontan, yang mungkin juga tidak disadari, yang ditunjukkan oleh adegan atau dialog tertentu. ‘Motivasi dasar’ ialah suatu aspek umum dari suatu karakter atau dengan kata lain hasrat dan maksud yang memandu sang karakter dalam melewati keseluruhan cerita. Arah yang dituju oleh ‘motivasi dasar’ adalah arah tempat seluruh motivasi spesifik bermuara (Stanton, 2007:34).

3.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
3.1    Siapa saja tokoh-tokoh dan bagaimana hubungan tokoh-tokoh tersebut  dalam cerita pendek ‘Ia Masih Kecil’ karya Rendra?
3.2    Bagaimana karakter tokoh Nizar dalam cerita pendek ‘Ia Masih Kecil’ karya Rendra?
3.3    Apa motivasi tokoh Nizar dalam cerita pendek ‘Ia Masih Kecil’ karya Rendra?
4.    Tujuan
4.1    Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh dan bagaimana  hubungan tokoh-tokoh tersebut  dalam cerita pendek ‘Ia Masih Kecil’ karya Rendra.
4.2    Untuk mengetahi bagaimana karakter tokoh Nizar dalam cerita pendek ‘Ia Masih Kecil’ karya Rendra.
4.3    Untuk mengetahui motivasi tokoh Nizar dalam cerita pendek ‘Ia Masih Kecil’ karya Rendra.

5.    Analisis Cerita Pendek ‘Ia Masih Kecil’ Karya Rendra
5.1    Tokoh-Tokoh dan Hubungannya dalam Cerita Pendek ‘Ia Masih Kecil’ Karya Rendra
Dalam analisis ini diklasifikasikan tokoh-tokoh pada cerita tersebut berdasarkan tingkat kepentingan peranannya, yaitu, tokoh utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama dalam cerita ini yaitu Nizar. Tokoh Nizar dipilih karena beberapa alasan. Pertama, apabila dilihat dari judul cerita pendek ‘Ia Masih Kecil’ mengacu kepada tokoh Nizar. Kedua, Nizar adalah seorang anak bungsu dalam keluarga Kapten Basir yang perannya sangat menonjol dalam setiap peristiwa dalam cerita atau dengan kata lain semua peristiwa dalam cerita terkait dengannya. Sedangkan tokoh-tokoh tambahan yaitu, Kapten Basir, Istri Kapten Basir (Ibu), Ismi, dan Mantri.
Hubungan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut saya membaginya dengan hubungan tokoh utama dengan tokoh tambahan.

1.    Hubungan Tokoh Nizar dengan Kapten Basir
Kapten Basir adalah ayah dari Nizar. Kapten Basir merupakan sosok ayah yang dipatuhi Nizar. Dari cara dia berbicara kepada Nizar dengan sedikit penekanan saja, Nizar langsung menuruti pada apa yang disampaikan Kapten Basir padanya.

Hal ini digambarkan melalui kutipan pada halaman 15 berikut:
“Nah,” kata Bapa dengan tekanan, “kalau belum ngantuk, kau toh juga masih harus belajar. Ayo, masuk sama Bapa!”

Akhirnya dengan gerakan berat Nizar mengikuti bapanya dan ibunya ke dalam. Semua berkata selamat malam. Nizar tidak.

2.    Hubungan Tokoh Nizar dengan Ibunya
Hubungan Nizar dengan ibunya sangat dekat. Nizar sangat suka bertanya kepada ibunya dan ibunya selalu menjawab dengan jawaban yang membuat Nizar senang. Dia sangat memperhatikan Nizar walaupun kadang-kadang suka membentak Nizar.
Hal ini digambarkan melalui kutipan halaman 16 berikut:
….
“Mama pernah liat saya naik kuda?”
“Ya?”
“Seperti apa mama?”
“Seperti Jenderal! … Nah ini kerjakan lagi!”
……
Terdapat pula pada kutipan pada bagian terakhir pada halaman 16 dan pada bagian awal halaman 17 berikut:
“Mengapa tak kau pedulikan hitungan itu saja?” bentak mamanya.
Nizar tak mempedulikan dan ai bersuara lagi.
“Saya tak suka dokter telinga. Telinga orang tak pernah sakit. Seharusnya ia jenderal! … Mama, Ismi baik-baik saja, bukan.?”
“Tentu saja! Kau ini banyak omong. Kerjakan hitungan itu !”

3.    Hubungan Tokoh Nizar dengan Ismi
Hubungan tokoh Nizar dengan Ismi dalam keluarga adalah adik-kakak. Nizar sangat perduli terhadap Ismi, diperlihatkannya ketika Ismi ditemui oleh kekasihnya, Mantri, ia sangat tidak suka membiarkan kakaknya itu berduaan dengan Mantri, sejujurnya karena dia masih kanak-kanak dan belum mengerti tentang hubungan orang dewasa. Dia berusaha mengganggu Ismi ketika berduaan dengan Mantri. Namun Ismi salah mengartikan sikap adiknya adalah bentuk  kasih sayang adiknya yang sangat mempedulikannya.

Hal ini digambarkan melalui kutipan pada halaman 17 berikut:
Dari lubang kunci ia melihat Mantri duduk memeluk Ismi dan matanya yang terus-menerus menatap Ismi itu, memancarkan cahaya yang aneh dan tidak bisa dimengerti, namun sangat dibencinya itu. Melihat itu ia tidak tahan lagi. Ia mengambil batu tulis dan anak batunya, lalu menyerbu ke kamar depan.
“Ismi !” Kata Nizar pelan-pelan
“Ada apa?” Tanya Ismi dingin dan mengkal.
“Saya mau Tanya hitungan ini.”
“Tanya sama Mama!” bentak Ismi
“Mama ambil benang!”
“Ah, anak gila ! Tanya sama Mama.”
Perkataan Ismi yang terakhir ini diringi dengan tindakan mendorong Nizar ke kamar dalam. Sementara itu ibunya kembali dan memarahi Nizar atas perbuatannya.

Kemudian melalui kutipan pada halaman 18 berikut:
…..
“Mama apa Ismi baik-baik saja, ya?”
“Tentu saja! Ada apa?”
“Saya kira ia sangat berubah.”
“Berubah bagaimana?”
“Seperti terpengaruh setan.”
“Terpengaruh setan?”
“Ia tidak mau menolong berghitung.”
“Oh tentu saja sekarang tidak. Ia baru ada tamu.”

4.    Hubungan Tokoh Nizar dengan Mantri
Mantri yang berpacaran dengan Ismi membuatnya tidak disukai oleh Nizar. Tidak hanya itu, ia tidak suka hanya karena Mantri akan menjadi seorang doker, bukan Jenderal seperti yang diinginkan Nizar. Menjadi jenderal menurutnya lebih keren ketimbang menjadi dokter.

Hal ini digambarkan melalui kutipan pada halaman 14 berikut:
Nizar melihat saja kepada Mantri dengan pandangan dingin. Mantra tersenyum kepadanya, tapi ia tak membalas tersenyum.
“Lihat gambar-gambar, Nizar?” Tanya Mantri sambil membelai kepalanya. I mengelakkan tangan mantra dan tidak menjawab sepatahpun. Mantra tertawa karenanya. Tetapi ia tidak suka pada tertawa itu, juga ia tidak suka pada Mantri. Itu sudah lama..


5.2    Karakter Tokoh Nizar dalam cerita pendek ‘Ia Masih Kecil’ karya Rendra
Tokoh Nizar seperti yang dipaparkan sebelumnya merupakan tokoh utama dalam cerita tersebut.
Tokoh utama merupakan tokoh sentral yang perannya sangat berpengaruh terhadap tokoh lainnya, namun secara tidak langsung mendapat pengaruh yang sama terhadap penggambaran karakter dan peran tambahan.
Tokoh Nizar adalah anak berusia 10 tahun, yang masih polos dan apabila dia tidak menyukai sesuatu dia akan menunjukkannya dan berbiacara mengenai hal yang disukainya itu. Tokoh Nizar juga sangat suka mengendarai kuda dan bercita-cita menjadi seorang jenderal.

Hal tersebut digambarkan pada kutipan halaman 14 berikut:
…Nizar anak yang baru berumur 10 tahun itu, tidak ada perhatian terhadap omongan orang-orang lainnya.
Kutipan halaman 16:
“Enak naik kuda tadi?”
Tiba-tiba Nizar duduk tegak dana matanya bersinar. Ia menyahut, “Saya memacunya berputar lapangan. Ia berwarna coklat, bukan Mama?”
“Ya, coklat!”
“Tapi Edi bilang merah. Saya bilang, jambu bisa merah, tapi kuda tak ada yang merah.”
“Maksudnya Edi hendak bilang coklat juga.”
“Ya, memang coklat!”
“Kau berlomba dengan Edi?”
“Ya, tiga kali terus menerus.”
“Menang?”
“Ya! Si Coklat itu berlari seperti angin, bukan, mama?”
“Ya, sperti angin.”
“Mama pernah lihat saya naik kuda?”
“Ya?”
“Seperti apa, Mama?”
“Seperti jenderal! … Nah, ini kerjakan lagi!”
Seger si Bocah tersenyum mendengar kata’ jenderal’. Ia kerjakan hitungan itu lebih cepat. Antara lama lagi ai bersuara pula, “Aku senang jadi jenderal!” Katanya.

Seperti sifat anak-anak pada umumnya di kehidupan sehari-hari, ketika dalam pikirannya sesuatu itu akan membuat sakit dan merugikan orang yang disayanginya (Kakak perempuannya, Ismi) dia tidak akan suka. Seperti ketika dia tidak menyukai profesi seorang dokter yang akan di emban Mantri, pada kutipan halaman 16 berikut:
“Saya tidak suka dokter. Kelak ia mencabuti gigi Ismi, bukan, Mama?”
“Aah, tidak! Ia dokter telinga kelak.”
“Apa gunanya dokter telinga! Sedikit saja orang yang sakit telinga!”

Karakter Nizar yang masih sangat polos dan tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya terhadap orang yang ia sayangi juga keingin tahuannya untuk pembenaran terhadap sesuatu yang ia dengar dan ia pahami. Hal tersebut ai lakukan dengan bertanya kepada ibunya mengenai orang yang menjalin cinta itu berdosa seperti yang pernah ia dengar dari Pastoor namun tidak ia temukan dalam kenyataan, naluri polosnya yang melihat Ismi dan Mantri yang menjalin cinta adalah dosa. Hal tersebut digambarkan pada kutipan halaman 19:
“Mama!”
“Ya? Eh kau belum tidur?”
“Sungguh Ismi baik-baik saja?”
“Kau aneh, ada apa?”
Ia diam sebentar lalu berkata dengan suara dalam:
“Mama saya lihat mereka berdosa!”
“Berdosa?”
“Saya melihat mereke berpelukan?”
Ibunya tertawa dan tidak tahu bagaimana menerangkan hal itu. Nizar membalikkan dirinya dan berkata keras,
“Saya tidak suka lihat cara Mantri pandang Ismi. Matanya aneh! Saya tidak suka itu!”
“Tetapi mereka tak berdosa. Mengapa kau pikir mereka berdosa?”
“Pastor berkata itu dosa. Edi cinta Retno. Pastoor tahu itu dan berkata Edi dosa?”
“Pastoor berkata itu, karena Edi anak kecil. Tapi Ismi dan Mantri tidak dosa, karena mereka sudah besar. Mereka mau jadi ayah dan ibu. Bukankah jadi ayah dan ibu tidak dosa? Bukankah Papa dan Mama tidak dosa? Kau pernah lihat Papa dan Mama berpelukan, tapi Papa dan Mama tidak dosa ‘kan?”
Nizar termenung. Ibu mencoba menerangkan lagi.
“Anak kecil belum boleh kawin, sebab Edi tidak baik bercinta sekarang. Tapi orang besar boleh kawin jadi juga boleh bercinta. Santo Jozef dan Santa Maria keduanya bercinta, karena keduanya besar.”
Nizar masih termenung. Lalu ibunya bersuara lagi,
“Ibu sendiri tidak berpendapat, bahwa anak kecil yang bercinta itu dosa, tapi tidak baik dan tidak ada gunanya, sebab belum boleh kawin, belum boleh jadi ayah dan ibu. Santo Jozef ketika kecilnya banyak menolong Santa Maria, tapi mereka juga tidak bercinta, cuma bersahabat seperti saudara. Nizar dan Asni juga baik bersahabat seperti saudara, tapi tak ada gunanya bercinta sekarang.”
Tiba-tiba Nizar membuka matanya lebar-lebar.
“Kalau sudah besar boleh, Mama?” tanyanya.
Ibu itu sudah lama tahu, bahwa anaknya mencintai Asni, gadis kecil tetangganya. Ia membelai rambut anaknya dengan mesra, lalu menjawab:
“Ya! Kalau sudah besar dan sudah jadi jenderal boleh!”
Nizar berbalik ke dinding dan menyembunyikan mukanya. Ia tersenyum dengan bahagia dan puas sekali. Malam ini ia akan tidur dengan pikiran jernih dan mimpi yang teramat indah.

Percakapan-percakapan dalam cerita ini tergolong cukup panjang, terutama pada bagian tokoh Nizar. Percakapan-percakapan yang dilontarkan oleh tokoh utama  sangat membantu dalam memberikan penilaian tentang sifat dan karakter yang diusung oleh tokoh Nizar.

5.3    Motivasi tokoh Nizar dalam cerita pendek ‘Ia Masih Kecil’ karya Rendra
Ketika di awal cerita Nizar tidak menyukai Mantri, dan mengganggu Ismi dan Mantri yang sedang berpacaran di ruang tamu, kemudian terus bertanya kepada ibunya apakah Ismi akan baik-baik saja, sampai pada ia tidak belum juga tidur adalah pernyataan Pastoor yang pernah didengarnya tentang orang yang menjalin cinta itu berdosa. Dan dia menganggap Ismi dan Mantri berdosa.
Kutipan halaman 19:
“Mama!”
“Ya? Eh kau belum tidur?”
“Sungguh Ismi baik-baik saja?”
“Kau aneh, ada apa?”
Ia diam sebentar lalu berkata dengan suara dalam:
“Mama saya lihat mereka berdosa!”
“Berdosa?”
“Saya melihat mereke berpelukan?”
Ibunya tertawa dan tidak tahu bagaimana menerangkan hal itu. Nizar membalikkan dirinya dan berkata keras,
“Saya tidak suka lihat cara Mantri pandang Ismi. Matanya aneh! Saya tidak suka itu!”
“Tetapi mereka tak berdosa. Mengapa kau pikir mereka berdosa?”
“Pastor berkata itu dosa. Edi cinta Retno. Pastoor tahu itu dan berkata Edi dosa?”
“Pastoor berkata itu, karena Edi anak kecil. Tapi Ismi dan Mantri tidak dosa, karena mereka sudah besar. Mereka mau jadi ayah dan ibu. Bukankah jadi ayah dan ibu tidak dosa? Bukankah Papa dan Mama tidak dosa? Kau pernah lihat Papa dan Mama berpelukan, tapi Papa dan Mama tidak dosa ‘kan?”
Nizar termenung. Ibu mencoba menerangkan lagi.
“Anak kecil belum boleh kawin, sebab Edi tidak baik bercinta sekarang. Tapi orang besar boleh kawin jadi juga boleh bercinta. Santo Jozef dan Santa Maria keduanya bercinta, karena keduanya besar.”

Motivasi tokoh Nizar dapat disimpulkan yaitu, ia melakukan hal-hal sebagaimana telah disebutkan di atas karena dalam pemahamannya orang yang menjalin cinta itu berdosa. Maka ia sangat tidak suka dengan hubungan Ismi dan Mantri. Namun setelah dijelaskan, akhirnya ia mengerti.

6.    Simpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.    Tokoh utama dalam cerita ini yaitu Nizar. Sedangkan tokoh-tokoh tambahan yaitu, Kapten Basir, Istri Kapten Basir (Ibu), Ismi, dan Mantri.
2.    Percakapan-percakapan dalam cerita ini tergolong cukup panjang, terutama pada bagian tokoh Nizar. Percakapan-percakapan yang dilontarkan oleh tokoh utama  sangat membantu dalam memberikan penilaian tentang sifat dan karakter yang diusung oleh tokoh Nizar.
3.    Motivasi tokoh Nizar yaitu, karena dalam pemahamannya orang yang menjalin cinta itu berdosa. Maka ia sangat tidak suka dengan hubungan Ismi dan Mantri. Namun setelah dijelaskan, akhirnya ia mengerti.
4.    Pengarang dalam karya ini ingin menyampaikan tentang bagaimana sifat anak-anak yang begitu polos dan menggemaskan. Anak-anak yang begitu ekspresif. Ketika mereka meras tidak senang mereka menunjukkannya dengan melakukan hal-hal yang terkadang membuat orang dewasa merasa kesal bahkan sampai marah. Begitu pula ketika mereka merasa senang, mereka akan terlihat sumringah dan bersemangat, ketika malu-malu mereka ragu-ragu mengungkapkan isi hati mereka sehingga membuat orang dewasa tertawa geli melihat tingkah tersebut.
Anak-anak tetaplah anak-anak, sebagaiaman pun tingkah mereka, orang dewasa akan selalu memahami, karena seperti judul dalam cerita ini “Ia Masih Kecil”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa koment yah :D